Bagaimana Caraku Menghadapi Jebakan dalam Bermeditasi?

Berbicara terkait dengan meditasi memang terkesan tidak ada habisnya. Meskipun demikian, sebisa mungkin aku berusaha terus konsisten membagikan berbagai informasi perihal meditasi yang tentu saja sudah aku rasakan sendiri manfaatnya sebelum menuliskan ulang dalam blog ini.

Beberapa orang masih menganggap meditasi adalah hal yang mudah dan mungkin sekedar latihan pernapasan saja. Tapi, faktanya meditasi tidak semudah itu. Meditasi juga bukanlah latihan pernapasan, melainkan hanya memanfaatkan napas sebagai alat bantu untuk memunculkan pikiran harmonis saja. Mengapa meditasi bukan latihan pernapasan? Karena dalam meditasi kita tidak berusaha mengatur keluar-masuknya napas, melainkan hanya menyadarinya. Kita tidak berusaha untuk mengendalikan napas, baik itu napas yang panjang, pendek, tersambung, terputus, kasar, halus, keras maupun lembut. Kita membiarkan napas berjalan dengan alami.

Tidak sedikit dari kita yang sudah berlatih meditasi tapi terasa tidak ada peningkatan sama sekali. Bisa jadi, hal tersebut terjadi karena kita dikelabui oleh jebakan yang timbul dalam berlatih meditasi. Salah satu jebakan dari bertambahnya pengetahuan dan pengalaman dalam meditasi adalah lupa akan tujuan awal.

Yang kedua, jangan lupa pre-conditioning sebelum meditasi. Why? Bagi umat perumah tangga (kecuali dirimu adalah pertapa yang meditasi 20 jam sehari), faktor-faktor mental yang digunakan saat menjalani keduniawian adalah bertolak belakang dengan praktik spiritual.

Dalam menjalani keduniawian, ego dan nafsu sangat diperlukan sebagai penggerak untuk tetap bersemangat dan memenuhi tuntutan kehidupan. Sebaliknya, dalam praktik spiritual, ego, nafsu, gairah dan semangat akan menjadi belenggu dan rintangan. Bahkan, ketika terlalu happy, dijamin kamu pun akan sulit memasuki kondisi meditatif.

Oleh karena itu, pre-conditioning sebagai jembatan untuk menyediakan tempat, badan dan batin ke frekuensi spiritual itu diperlukan. Sampai duniawi perlahan ditinggalkan dan spiritualisme menjadi penggerak utama kehidupanmu, pre-conditioning tidak lagi diperlukan.

 

Always Have Day one mentality, bring back the right intention and pre-conditioning

Pre-conditioning for Meditation

Yang saya maksud adalah mempersiapkan batin untuk masuk ke frekuensi spiritiual. Sekarang apa saja yang dominan dalam kehidupan duniawi dan menjauhkan pada spiritual? Pertama adalah nafsu keinginan yang kasar. Kedua adalah niat, pengertian dan pengharapan yang keliru.

Dana (latihan kemurahan hati) dan Sila (latihan kemoralan) adalah fondasi meditasi. Tapi mengerti tujuannya? Tidak lain adalah mengikis nafsu. Jadi, kalau praktik berdanamu justru makin meningkatkan nafsu dan kemelekatan, kamu akan susah move-on karena kegirangan dipuji-puji. Meditasi akan jadi susah karena terus-menerus diulang dalam pikiran. Padahal berdana untuk melepas.

Esensi menjalankan Sila juga untuk mengendalikan nafsu. Jadi, meskipun hari itu tidak melanggar sila, tapi diliputi nafsu dan emosi, meditasi juga akan lebih sulit. Meskipun yang dilakukan mungkin bermanfaat bagi orang lain.

Pre-conditioning membantu menetralisir vibration kasar tersebut sehingga proses latihan spiritual menjadi alami.

Caranya berbeda-beda untuk masing-masing individu. Misalnya, bersihkan tubuh dan istirahatkan indera. Kondisikan tempat atau miliki tempat yang sakral sehingga vibrasi duniawi luntur. Jaga aktivitas sebelum meditasi agar mengarah pada ketenangan. Apa yang dimakan dan seberapa banyak juga berpengaruh. Bisa baca paritta singkat dulu atau stretching dulu dan sebagainya. You have to find your own switch/trigger to come back home.

Kalau sudah terampil, cukup gunakan mental trigger (misal: Bud-Dho) sudah bisa langsung masuk, di kondisi apapun. Tapi, orang yang duniawinya sangat sibuk dan bukan hidup di kondisi yang ideal, pre-conditioning ini dapat membantu.

Bahkan, bagi yang sudah terampil, pre-conditioning akan membantu agar latihan dia berada di jalur yang benar. Selain itu, kuncinya adalah menyadari segala sesuatu yang baik ataupun buruk, yang nyaman ataupun tidak nyaman secara netral, tanpa menghakimi dan pembenaran, serta melihat semua fenomena sebagaimana mestinya. Karena fenomena apapun akan selalu berubah, ia tidak kekal.

Free photo Monk Meditating Monk Meditate Meditation Zen - Max Pixel
Buddhist Monk Meditating

Last but not least, berjuanglah dengan sepenuh hati, dengan hati yang semakin melepas. Just be a student and practioner of the noble way. Keep practicing. Everything else will just follow.

It’s never going to be easy but It’s always going to be worth-it.

-Irvyn Wongso

Sampai jumpa di post selanjutnya. Semoga Semua Hidup Berbahagia

Notes :
Tulisan di atas terinspirasi dan dikompilasikan dari beberapa IG Story irvyn wongso (@irvynwongso)

Leave a Reply

Copyright © 2022 - Wilsen

UP ↑