Penghentian Bentuk-Bentuk Pikiran yang Mengganggu

Pikiran kita terkadang memang tidak mudah untuk dimengerti. Ia bisa pergi kemanapun yang dimau, dan pergi melompat dari satu objek ke objek yang lain tanpa perlu izin dari siapapun. Celakanya, pikiran yang muncul dalam keseharian kita tidak selalu merupakan pikiran baik. Oleh karena itu, penting sekali untuk memahami bagaimana cara bekerjanya pikiran kita.

Ketika pikiran buruk muncul dalam hidup kita, bagaimanakah respon kita terhadapnya? Apakah kita hanya berpasrah? atau apakah kita justru berusaha menolak dan bertarung dengan pikiran buruk tersebut?

Kali ini aku akan membagikan sedikit tips yang pernah aku terapkan untuk menghalau bentuk-bentuk pikrian yang mengganggu berdasarkan Vitakkasaṇṭhāna Sutta. Bahkan, ketika tulisan ini dibuat, aku baru saja menerapkannya.

Sebelum membagikan tips tersebut, ada baiknya kita menyamakan persepsi tentang apa yang disebut dengan pikiran buruk. Karena batasan antara pikiran baik dan pikiran buruk seringkali menjadi sangat subjektif. Singkatnya, pikiran buruk yang aku maksudkan dalam tulisan kali ini adalah pikiran yang muncul karena dilandasi oleh ketidaktahuan, keserakahan ataupun kebencian.

Beberapa cara sederhana untuk mengetahui ketika pikiran buruk muncul adalah kita menjadi tidak tenang (seolah-olah batin kita bergoyang), kemudian perasaan yang muncul menjadi tidak nyaman, ataupun kita tidak rela untuk melepaskan objek pikiran tersebut karena menggenggam objek tersebut terlalu erat. Jika salah satu tanda tersebut muncul, aku ucapkan selamat, karena artinya pikiran buruk sudah berhasil menunjukkan eksistensinya.

Agar pikiran buruk tersebut tereduksi, ada 5 cara untuk menghentikan bentuk-bentuk pikiran yang tidak baik berdasarkan Vitakkasaṇṭhāna Sutta (MN 20), yaitu :

  1. Memperhatikan citra yang terkait dengan sesuatu yang lain/berbeda dari citra tersebut
  2. Menyelidiki pikiran-pikiran ini adalah tidak kekal, tercela dan juga memberikan penderitaan sebagai resultannya
  3. Melupakan dan tidak memperhatikan pikiran-pikiran tersebut
  4. Memperhatikan kondisi, sebab dan akar dari pikiran yang tidak baik dan jahat
  5. Mengendalikan pikiran yang tidak baik dan jahat

Meskipun 5 cara di atas sangat membantu untuk menghalau bentuk-bentuk pikiran yang mengganggu. Akan tetapi, cara favoritku adalah nomor (2) dan nomor (4). Walaupun demikian, bukan berarti 3 cara yang lain tidak berhasil, karena bagaimanapun setiap orang memiliki kecenderungan yang berbeda-beda. Kedua cara yang aku favoritkan, belum tentu juga menjadi favorit untuk orang yang lainnya. Oleh karena itu, cobalah praktikkan salah satu dari lima cara di atas ketika bentuk-bentuk pikiran buruk mulai menyerang.

Selain itu, terkadang aku pun justru lebih memilih cara alternatif berikut, yaitu dengan menerapkan yoniso manasikāra (perhatian yang bijaksana) yang memahami bahwa segala sesuatu adalah anicca (tidak kekal), dukkha (penderitaan), anatta (bukan diri) dan asubha (tidak indah).

Apapun cara yang kita terapkan nantinya, semoga bisa mentransfrormasi pikiran buruk kita menjadi ke arah pikiran yang baik. Karena jika pikiran baik muncul, kita sudah berhasil membuat satu orang menjadi bahagia, yaitu diri kita sendiri. Selain itu, aku pun percaya bahwa kebahagiaan itu menular, jadi semoga dengan kebahagiaan diri kita mendorong untuk kebahagiaan semua makhluk.

Semoga semua hidup berbahagia.

“When you stop learning you start dying”

-Albert Einstein

Sumber Tulisan :

Vitakkasaṇṭhāna Sutta yang disampaikan oleh Ashin Kheminda di Channel Youtube Dhammavihari Buddhist Studies (Agustus 2020)

Leave a Reply

Copyright © 2022 - Wilsen

UP ↑